Guru Kehidupanku

Guru Kehidupanku

Saat itu aku lagi duduk diteras depam ruah, ketika seorang perempuan sambil menggendong bayinya, menemuiku tergopoh-gopoh.

"Assalamu’alaikum …..” ujarnya dan tanpa memperhatikan apakah aku menjawabnya tau tidak, dia langsung bilang, “ Saya pingin ketemu Pak Kyiai…anak saya harus dioperasi, sebuah peniti di pipinya..kata dokter sangat berbahaya.” Ia berujar tidak beraturan dan tanpa jeda. Tampak kegelisahan yang sangat diwajahnya dengan kepanikan yang menyeluruh.

“Ada apa bu” selaku. Bapak sedang pergi. InsyaAllah nanti habis maghrib ibu datang menemuinya…” Kubimbing dia untuk duduk, dan berusaha menenangkannya.” Tolong ibu ceritakan apa yang terjadi. Saya puterinya Kyai. Nanti akan saya sampaikan kekpada beliau…” ujarku.

Ia lalu menyodorkan hasil rontgen, lalu mengisahkan,  Anak saya ini memasukkan peniti kelubang hidungnya tanpa setahu saya. Tiba-tiba dia menangis kesakitan, dan saya bawa ke Rumah Sakit. Hasil Rontgen, peniti tersebut telah mengikuti aliran darah dan berada dipipinya. Dokter bilang harus secepatnya dibawa ke Surabaya untuk dioperasi, karena bisa saja peniti itu ‘berjalan’ menuju otak…Tapi dokter juga menyarankan, coba menemui Kyai Baha dulu…” Saya lihat pada hasil rontgennya, peniti itu melintang dip pipi kanannya… Ya Allah….Saya tenangkan dia dan memintanya habis maghrib datang lagi.

Habis maghrib, kulihat Bapak dan Ibu sudah rapi bersiap mau ke acara hajatan. Wah..bagaimana dengan janjiku? Aku memnita Bapak untuk menunggunya sebentar, tapi Bapak menjawab santai, “Sudahlah, Reihan saja yang menemuinya.”

“Lho…? Sebelum aku sempat menampik , Bapak beranjak pergi sambil berpesan : “ Ambil sajasebotol air lalu berikan kepadanya; suruh minumkan dan usapkan kewajah anaknya. Besok, perhatikan anak tersebut.” Walau terlihat sedikit kecewa, si ibu menerima air dariku dengansyukur dan penuh harap. Besoknya si ibu datang dengan ceria. Aku terpana.

Ia menunjukkan peniti yang kemarin berada dipipi anaknya. Alhamdulillah, ujarnya. Setelah air diminumkan dan di usapkan, tadi pagi peniti tersebut kelular begitu saja dari lubang hidungnya tenpat masuk. Tanpa rasa sakit, tanpa luka sama sekali. Subhanallah.

Suatu ketika disaat pengajian, saya bertemu dengan isteri seorang dokter yang tinggal di Jakarta. Dia berkisah.”Jeng, saya waktu kecil rada nakal. Suatu hari, ibu saya meu menyuruh pembantu kami ke pasar. Ibu menaruh beberapa keping uang logam di meja, untuk belanja. Tanpa setahu meraka, saya mengambil tiga keeping dan menelannya satu persatu…. Betapa heboh ketika mereka tahu. Ibu saya pingsan. Saya sih tidak merasa apapun. Saya lalu dibawa ke Kyai Baha..dan saya lihat beliau tenang saja walau kami semua panic. Lalu..apa yang beliau lakukan? Kyai Baha melipat engan saya, lalu mengelus siku saya dengan pelan. Apa yang terjadi? Ajaib..Keping uang tersebut keluar satu…satu…tanpa rasa sakit, tanpa luka atau memar. Beliau bilang, namamu diganti saja ya, Nur Hartati diubah menjadi Nurhayati…biar nakalnya berkurang…hahaha..”

Kami rada ‘protes’ ketika rumah kami kemalingan. Rumah Kyai kok..hehe.
Bapak bilang, “Wajar saja, ingat, kita manusia biasa tidak ada istimewanya…”.

Surat untuk bapak bertumpuk-tumpuk. Ada satu surat yang belum juga didbaca sama Bapak, padahal tiba lebih awal dari yang lainnya. Ketika aku ‘mengingatkan’ beliau, beliau bilang, “ Ya sudah, coba bacakan”. Ternyata surat tersebut dari orang tuanya ‘maling’ yang tinggal sekitar 10 km dati kota kami. Dia menceritakan apa yang terjadi dengan anaknya dan temannya. Setelah kedua menjual barang curiannya ke Pasar Turi di Surabaya, mereka pulang kerumah masing-masing…Dan terjadilah hal yang mengemparkan. Seketika anaknya menjerit kesakitan sambil menutup matanya, dan sesaat kemudian dia tidak bisa melihat apapun. Menurutnya, tiga orang yang sangat tinggi besar dan berbulu jarum mendatanginya dan bilang,”Kamu yang mengganggu rumah Kyai Baha, guru kami..”Lalu ditusuknnya kedua matanya dengan paku yang membara. Diapun menuju rumah temannya yang masih tetangga. Situasinya tidak jauh berbeda. Temannya terbaring dan mengaduh kesakitan. Tidak bisa bangun. Perutnya menggelembung besar, tidak bisa buang air besar maupun kecil. Tujuh orang tinggi besar memukul dan meniup perutnya.”Ini dia musuh guruku..” Pak Kyai, ujarnya. “ Saya malu mau menghadap. Saya bawa mereka ke beberapa orang pintar, tetapi tidak ada tang sanggup menandingi, karena yang dihadapi adalah orang yang tinggi derajatnya.”

Saya tersekat membacanya dan menaruh iba. “ Bapak, apakah mereka masih tersiksa? “InsyaAllah tidak.” Kata Bapak singkat dan surat tesebut, kini masih kusimpan rapi.
Bapakku adalah Kyai H. Bahaudin Mudhary. Seorang ulama, ahli Metafisika yang dengan intelektualnya tidak hanya mampu dalam pendekatan teoritik dan konseptual, tapi juga sebagai praktisi. Apa yang terpatri dalam benakku? Seorang yang sangat penuh dengan aktivitas, hidupnya nyaris habis untuk kepentingan masyarakat. Dia seorang pembaharu, musisi, humoris sekaligus seorang yang sangat dekat dengan Tuhan. Betapa khusyuk dan beradab cara sholatnya. Tahajjud 7 raka’at dilaksanakan sekitar dua jam tanpa jeda. Ketika kutanyakan bagaimana kemampuan tersebut bisa didapat, jawab beliau dalah SHOLAT! Wahai , betapa dahsyatnya kekuatan sholat. Sholatlah muara aktivitasnya, muara energinya, inspirasi, intuisi yang semuanya berasal dari Sang  Maha Energi, Allah SWT. “Tingkatkan terus kwalitas sholatmu, tegakkan juga sholat sunnah termasuk Tahajjud, InsyaAllah ditinggikan Nya ilmu dan derajatmu.”

Ibadah sholat adalah salah satu ibadah yang menghubungkan langsung antara hamba dengan Tuhannya. Di saat kita Khusyuk, daya piker tidak lagi berinteraksi dengan materiel maupun yang riel. Bila ini dapat diatasi, maka cahaya ruhani/ Nur Fuad akan berperan. Cahaya atau tenaga batin ini akan getar menggetar/ beresonansi dengan NuruLLah, Sang Muara Cahaya. Sungguh, betapa besar dan luas hikmah yang akan didapat, bukankah hanya Dialah yang Maha Mutlak? Tidak heran, disaat Bapak berdialog dengan Antonius (Katolik) tentang Islam dam Kristen, Bapak sama sekali tidak memegang buku apapun, namun beliau dengan enteng menunjukkan ayat ayat dai dalam Injil. Antonius tanpa ragu lalu memeluk Islam, ini senjata makan tuan…selorohnya.

Banyak karya karya beliau tentang masalah Metafisika dalam koridor Tauhid, dan buku nya yang fenomenal “Dialog Masalah Ketuhanan Yesus” sudah terbit dalam Arab, Inggris dan Belanda. Beliau juga peduli dengan dunia pendidikan, social, dan pencerahan agama Islam. Beliau bagi ku bagai pelangi; begitu indah susunan warnanya, Integrated dan mampu menumbuhkan kekaguman sekaligus ketergantungan kita kepada Allah SWT.

Allahu Akbar! Dan sebagaimana pelangi yang muncul hanya sekilas, beliau wafat dalam usia 58 tahun. Aku sangat kehilangan sosoknya namun masih terpateri utuh teladannya. “ya Allah, ampunilah dosanaya, terimalah perjuangan dan amal ibadahnya dan Engkau muliakan dia disisi MU.” Allahumma Amin.

Oleh : Dedeh Ashfi Raihany
Di kutip dari Buku : Para Guru Kehidupan, Antologi Kisah Inspiratif
Previous
Next Post »
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Sekedar Ngeblog