Pada tanggal 6 Agustus 2015 ane pulang dari Banda Aceh karena ada tugas dinas luar dari Kantor ane, pas nyampe di terminal Batoh Banda Aceh dari Masjid Raya Baitul Rahman dengan menumpang Becak Motor.
Ane langsung disambut calo tiket diluar terminal. Ane langsung dikasih bangku nomer 28, tapi ane nolak, karena ane nggak tahan dan bakalan mabuk-buk serta muntah-tah jika ane duduk dibangku belakang
Rupanya ada calon penumpang yang udah beli tiket dengan tempat duduk no. 8 dan ngajak tukeran tempat duduk dengan ane. Akhirnya bisa duduk ditempat yang lumayan didepan.
Pas masuk ke bus dan mau duduk dinomor bangku ane, rupanya telah ada seorang pemuda yang duduk di bangku nomer 7. Dia bilang kalo nomor 8 telah ada yang pesan, tapi ane jelasin kalau dia telah pindah ke nomer 28 barengan sama anaknya. Kira-kira pukul 18.00 WIB, bus pun berangkat menuju Medan.
Dalam perjalanan kami banyak bercerita untuk menghilangkan rasa ngantuk dalam perjalanan. Dia mengatakan bahwa dia dari Aceh Selatan hendak berangkat ke Medan (turun di terminal Pinang Baris) untuk selanjutnya naik Kereta Api menuju Tanjung Balai, dari Tanjung Balai dia akan menuju Malaysia.
Hampir 10 jam perjalanan duduk disampingnya, ane kagak ingat untuk menanyakan namanya, no. hp dll. Kami cuma banyak bercerita tentang pekerjaan, keluarga, dan keadaan daerah masing-masing.
Dia menceritakan bahwa dia akan ke Malaysia untuk bekerja sebagai Tukang Pangkas (6 tahun sebelumnya dia pernah bekerja disana dengan profesi tersebut).
Salah satu yang buat ane sedih dan mata ane jadi berkca-kaca adalah ketika mendengar dia berbicara via telpon dengan anak istrinya, salah satunya adalah ketika dia mencoba menjelaskan kepada anaknya yang masih kecil-kecil bahwa dia pergi untuk mencari rezeki untuk anak-anaknya (dari gaya bicaranya ane dapat menangkap bahwa dia lagi menangis, tapi ane segan melihatnya).
"udah ngaji belum nak?" katanya. "Jangan nakal ya?" lanjutnya,
"ayah pergi mencari rezeki, kalian jangan berkelahi ya?
Begitulah beberapa pembicaraannya dengan anak istrinya via telpon yang dpat ane tangkap.
Dalam hati ane merenung, ane yang perginya cuma 3 hari aja kangen banget denan anak dan istri ane, apalagi dia yang ke negeri orang yang entah berapa lama dia baru bisa pulang dan berkumpul lagi bersama mereka.
Kira-kira jam 4.00 WIB pagi. ane ngajak mas disamping ane untuk tukeran tempat duduk karena tujuan ane sudah dekat (sebelumnya ane duduk didekat jendela).
Pas ane mau cari sendal ane dibawah bangku, ane agak kesulitan karena disamping sempit juga gelap. ane ngeraba-raba lumayan lama. Setelah sosor sana-sini, sosor kanan kiri pakai tangan ane, akhirnya ketemu juga dan ane langsung bangun untuk tukeran bangku.
Karena tujuan pun sudah dekat, ane minta izin sama kawan sebelah dan salaman sambing bilang : "semoga selamat sampai tujuan dan hati-hati", diapun berkata kurang lebih sama dengan kata-kata ane tersebut. Ane pun langsung maju kedepan dan duduk didekat supir. Ketika sampai, ane turun dan berjalan kira-kira 100 meter ke rumah kelurga ane tempat ane nitipin motor ane.
Ketika ane mau ketuk pintu dan ngucapin salam, ane liat ke bawah dan ane kaget. Sandal ane yang sebelah kiri punya ane, disebelah kanan ternyata bukan. Ane langsung berpikir dan sadar bahwa sandal yang sebelah kanan ini pasti punya teman dari Aceh Selatan tadi.
Ternyata ane salah ambil sendal pada waktu ane dan dia mau tukeran tempat duduk. Ane merasa bersalah dan sangat menyesal karena lalai dan menyebabkan kerugian orang lain, Ane bingung tidak tau harus bagaimana karena tidak ada kontak dengannya untuk sekedar meminta maaf atau menggantinya dengan cara mentransfer uang pengganti ke rekeningnya.
Akhirnya ane coba menghibur diri bahwa yang ane lakuin tersebut tidak disengaja. Ane cuma bisa berharap semoga dia bisa memaafkan kelalaian ane. Semoga dia juga sukses dalam perantauannya dan dapat kembali berkumpul dengan keluarga tercinta. amiiin...
Maafin ane kawan, semoga suatu saat kita dapat bersua kembali....!!!!
EmoticonEmoticon